media kampanye dan sosialisasi kandidat bupati-wakil bupati maros 2010
Pengantar

Pilkada bukan sekedar pesta pora para kaum elit. Hajatan demokratis ini, seharusnya adalah momentum yang ditemukan. Momentum yang dipakai untuk berbenah dan mengatur langkah kedepan. Untuk itu sebuah hajatan seperti Pilkada tidaklah kita sia-siakan begitu saja lewat dengan kegembiraan semu, menghambur-hamburkan uang hanya untuk menunjukan narsisnya politisi.

Sebab semua ini telah memuakkan masyarakat yang hampir sepanjang waktu dijejali dengan urusan pilih-memilih, urusan keluar masuk bilik suara. Lalu setelah itu mereka kembali kehidupan mereka yang masih seperti itu-itu saja. Mereka yang miskin tetaplah miskin, mereka yang susah masih saja dirundung kesusahan. Wajar bila kemudian sikap ketidakpedulian muncul di masyarakat sembari dengan gusar mereka berkata; " siapa sajalah yang terpilih, toh siapa pun yang terpilih nasib kita tidak juga berubah".

Mengapa hal ini terus menjadi penyakit yang terus menjangkiti kehidupan masyarakat kita. Jawabnya, karena banyak partai dan politisi yang melakoni perilaku " ada kesempatan, sikat!" mereka melakukan banyak kompromi demi keuntungan sementara. Maka masyarakat pun memilih untuk tidak mau rugi dan akhirnya mereka pun 'menjual' hak suaranya dengan sembako 50 ribu, 100 ribu hingga seharga mobil mewah atau paling jauh Pilkada hanyalah keinginan 'emosi sesaat'.

Bila kondisi ini semakin parah, maka boleh jadi kita hanya menghambur-hamburkan uang rakyat tetapi kita tidak mendapatkan manfaat apa-apa. Masa depan sebuah daerah dipertaruhkan tidak lebih seharga sekantong beras, beberapa ratus ribu uang, atau sekaleng susu atau bahkan sebungkus rokok. Betapa murah harga 'hak politik' itu !

Maka menjadi sebuah ikhtiar bagi kami, media pendidikan politik masyarakat "Maros Bangkit 2010" ini disebarkan, sebagai ikhtiar membagi gagasan agar hak politik masyarakat tersalurkan dengan cerdas dan sehat. Sebab bagi kami hajatan demokrasi bukanlah masalah satu hari, bukan pula seremonial pilih memilih orang, tetapi kami percaya pada proses dan niatan serta tujuan yang baik selalu dibarengi oleh proses yang berjalan sehat pula. Bagaimana pun ini adalah masalah menyelamatkan pondasi berbangsa kita, tidak untuk hari ini saja tetapi lebih penting untuk masa depan generasi kita nantinya. Proses ini harus melewati jalur yang sehat untuk bisa menyongsong kebangkitan yang sesungguhnya.

Tetapi semua ini adalah kerja banyak orang, semua unsur mesti terlibat secara sadar, semua pihak harus merasa berkepentingan pada masa depan daerah ini atau kita tidak pernah melangkah kemana-mana. Selamanya kita hanya bisa merenungi dan meratapi nasib yang kian terpuruk.

Sungguh tidaklah kami bermaksud menggurui, tetapi kami Haqqul Yaqin, kebangkitan Maros itu selalu punya peluang, tapi kami berharap kita berjalan beriringan menyosongnya.

Sungguh itu harapan kami...

tabe'
REDAKSI

Perempuan PKS Deklarasikan Nur-Karim

Sejumlah perempuan melakukan deklarasi untuk pasangan Nurhasan dan Karim Saleh (Nur-Karim) di Posko Induk Pemenangan Nur-Karim di Maros, Minggu (21/3

Para perempuan dari kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Maros ini mengatasnamakan Tim Wanita Keadilan (WK) untuk Nur-Karim.

Ketua Tim WK Nur Karim, Sri Idawati, mengungkapkan timnya akan siap memenangkan pasangan Nur-Karim dalam pemilihan kepala daerah (Pilkada) Maros 2010 mendatang.

Hadir dalam pertemuan itu pasangan Nur-Karim. Kedua pasangan ini diusung oleh Partai Bintang Reformasi (PBR) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Di tempat terpisah, Partai Demokrasi Kebangsaan (PDK) juga melakukan pembentukan tim pemenangan untuk mengusung pasangan Syahriwijaya-Burhanuddin (Jaya Berbudi).

(sumber: www.tribun-timur.com)

baca selengkapnya......

Cabup Maros Bantu Korban Kebakaran

Tim pemenangan cabup Maros Nurhasan-Karim Saleh, Sahabat Muda Nur-Karim Kamis (18//20103), membantu korban kebakaran di Pasar Sentral Maros.

Mereka membantu membenahi dan menyingkirkan puing-puing sisa dari kebakaran yang terjadi semalam sekitar pukul 02.00 Wita.

Koordinator Nur-Karim, Attak, mengatakan, kegiatan itu sebagai bentuk kepedulian terhadap sesama warga Maros yang terkena musibah. (*)

(sumber: www.tribun-timur.com)

baca selengkapnya......

Nur-Karim Dekati Pemilih Perempuan

Populasi pemilih perempuan yang besar menjadi sasaran pasangan cabup-cawabup Maros, Nur Hasan-Andi Karim Saleh (Nurkarim). Buktinya, pasangan yang diusung koalisi PBR dan PKS itu membentuk tim pemenangan wanita keadilan untuk Nurkarim dalam merebut simpati pemilih perempuan.

Pengukuhan tim pemenangan wanita ini dilakukan di kantor DPD PKS Maros yang juga posko induk Nurkarim di Perumnas Tumalia, Maros, Minggu, 21 Maret kemarin.

Ketua Kewanitaan PKS Maros, Ida Sriwati mengatakan tim pemenangan wanita keadilan untuk Nurkarim terdiri dari 100 relawan inti. Mereka mulai bekerja sejak awal Maret dengan sistem
sosialisasi door to door, langsung ke seluruh pemilih yang tersebar di 14 kecamatan. Memasuki pekan ketiga Maret, kata dia, fokus sasaran di prioritaskan pada tiga kecamatan.
"Tim bekerja dalam tiga zona yakni Turikale, Marusu, dan Mandai. Kami fokus di daerah ini sebab pemilih terbanyak ada di tiga kecamatan ini," katanya. Selain door to door, tim Nurkarim juga menggelar pelatihan direct selling dan membuat buletin sosialisasi. Tujuannya, kata Sri, agar seluruh pemilih di Maros lebih mengetahui secara dekat calon Nurhasan dan Andi Karim Saleh.

Sikap Wasir Ali


Terpisah, Mantan Kadis Pekerjaan Umum Maros, Andi Wasir Ali menyatakan diri bakal mendukung salah satu pasangan calon yang akan bertarung di Maros. Tetapi figur yang pernah meramaikan bursa calon kepala daerah Maros itu baru akan menentukan sikapnya Senin hari ini.

"Insya Allah saya akan menentukan sikap besok (hari ini, red) terkait siapa yang akan saya dukung di pilkada Maros mendatang," tutur Wasir Ali.

Menurutnya langkah ini diambil untuk mencegah terjadinya klaim-klaim dari kandidat-kandidat bupati dan wakil bupati serta tim suksesnya, dengan mendompleng ketenaran Wasir Ali di beberapa wilayah kecamatan.

Menurut Wasir Ali pilihan yang akan ia ambil nantinya tanpa bargaining apapun dari calon bupati. Ia mengaku ikhlas mendukung calon tersebut karena memang layak menjadi bupati Maros. (rhd)

(sumber: www.fajar.co.id)

baca selengkapnya......

Nur-Karim Gencar Sosialisasi

Pasangan Nurhasan dan Karim Saleh tidak ingin menyia-nyiakan banyak waktu di pilkada. Mereka terus menggalang dukungan untuk memenangkan pilkada yang puncaknya berlangsung 23 Juni mendatang.

Kepada Fajar, Senin, 1 Maret, Nurhasan mengatakan sejumlah agenda pertemuan dengan warga sudah menumpuk. Nurhasan mengedepankan sosialisasi melalui dialog dalam pilkada Maros.
Pasangan yang diusung Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Bintang Reformasi (PBR) ini optimistis bisa memenangkan pilkada Maros. Nurhasan mengatakan dirinya akan bekerja keras untuk itu.

Di Maros, pertarungan para kandidat bakal lebih berimbang. Sebab, bisa dikatakan tidak ada incumbent yang bertarung. Yang ada hanya wakil bupati. Namun, pengaruhnya berbeda jika bupati yang bertarung.
Nurhasan mengatakan semua pasangan yang bertarung di Pilkada Maros 2010 kuat. Makanya, dia tidak ingin lengah sedikitpun agar bisa menang.

Pasangan Nur-Karim sudah menyiapkan sejumlah program yang akan dilakukan jika terpilih menjadi bupati. Salah satu yang menjadi prioritas, katanya, adalah reformasi birokrasi.
Nurhasan mengatakan dalam penetapan pejabat pada jabatan tertentu harus berdasarkan kompetensi. Selama ini, katanya, hal ini yang tidak berjalan dengan baik.

(sumber: www.fajar.co.id)

baca selengkapnya......

Genitnya Politik Uang dalam Pilkada

oleh : Muh. Ilham Usman*

Kerapuhan kesadaran politik ini bertemu dengan nafsu kekuasaan para calon kandidat, suara massa-rakyat pun dapat dibeli dengan beberapa rupiah saja. Kapan lagi kita menikmati duit pejabat, kalau bukan dalam kesempatan ini atau ambil uangnya, jangan pilih kandidatnya", seakan-akan mensahkan politik uang (money politic) yang sering dijalankan oleh para kandidat dalam pilkada. Lahir, tumbuh, dan berkembangnya demokratisasi lokal belum bisa dipisahkan dari peran parpol, apatah lagi pilkada. Dewasa ini, pilkada dapat dijadikan sebagai proses dalam melahirkan demokratisasi, walaupun masih ada celah yang terbuka.

Sedari awal, pilkada dilaksanakan sebagai kritik atas terjadinya sentralisasi kekuasaan pusat terhadap perpolitikan lokal. Dengan dasar apakah pra-pilkada, masa pilkada dan pasca-pilkada, terjadi (proses) demokratisasi di tingkatan lokal atau sebaliknya membuat rakyat tunduk, patuh, dan terhegemoni dengan kekuasaan yang ada.

Pilkada menjadikan massa-rakyat bebas memilih pemimpinnya sesuai dengan hati nuraninya. Apa lacur, cita-cita luhur itu hanya menggantung di atas awan.
Proses demokratisasi ini hanya berlangsung kurang dari tujuh menit dalam bilik suara. Setelahnya, tidak ada lagi proses demokratisasi, slogan demokrasi hanya menjadi lip service belaka. Demokrasi subtansial sangat jauh dari harapan.

Politik Uang

Trauma akan masa lalu yang sangat memiriskan hati, maka pilkada di tiap provinsi, kota/kabupaten dilangsungkan. Terdengar suara-suara miris yang mengatakan bahwa "penyerahan serta pembagian kekuasaan" ke tingkat daerah, tak ayal menciptakan penguasa-penguasa kecil. Dulunya mereka menjadi "pelayan" terhadap kekuasaan di pusat atau bisa jadi orang yang kurang mendapat tempat kekuasaan pusat. Kemudian "melarikan diri" ke tingkatan lokal dan membuat dinasti tersendiri. Hal ini tidak sepenuhnya benar, karena ada juga segelintir tokoh yang maju dan ikut dalam pilkada berkaitan dengan belum optimalnya penyelenggaraan pemerintahan pada pejabat yang kemarin.

Massa-mengambang yang dilahirkan oleh pemerintahan Orba hingga ke desa-desa menjadikan kesadaran politik massa-rakyat tergerus bahkan terberangus. Hal ini terus langgeng hingga detik ini, sehingga massa-rakyat hanya memaknai pilkada sebagai pergantian kekuasaan belaka. Bukan dalam pengertian mengukuhkan demokratisasi lokal yang telah dirampas dan dicerabut pada zaman lalu. Kerapuhan kesadaran politik ini "bertemu" dengan nafsu kekuasaan para calon kandidat, suara massa-rakyat pun dapat dibeli dengan beberapa rupiah saja. "Kapan lagi kita menikmati duit pejabat, kalau bukan dalam kesempatan ini" atau "ambil uangnya, jangan pilih kandidatnya", seakan-akan mensahkan politik uang (money politic) yang sering dijalankan oleh para kandidat dalam pilkada. Massa-rakyat seakan hanya menjadi sapi perahan dari para politisi, pengusaha, militer dan akademisi lokal. Ini dapat disaksikan dalam pilkada di tiap-tiap kota/kabupaten yang telah melaksanakannya, di mana terjadi aliansi yang mengorbankan dan "menipu" rakyat dengan slogan-slogan manis dan menarik. Sungguh ironis.

Tidak berjalannya pendidikan politik bagi kader-kader partai, sangat berbanding terbalik dengan UU No 2 tahun 1999 yang berkaitan dengan fungsi partai politik. Antara lain melaksanakan pendidikan politik dengan menumbuhkan kesadaran atas hak dan kewajiban politik, menyerap dan memperjuangkan kepentingan massa-rakyat dalam pembuatan kebijakan negara, dan mempersiapkan anggota masyarakat untuk mengisi jabatan-jabatan politik sesuai dengan mekanisme demokrasi (Eman Hermawan: Politik Membela Yang Benar).
Bukankah sudah menjadi pemahaman umum bahwa semua partai di dalam AD/ART mempunyai misi membangun Indonesia yang merdeka, mandiri dan berdaulat. Akan tetapi, kenyataannya para kadernya hanya mendahulukan kepentingan partai daripada kepentingan umum. Dan, juga sudah menyalahi fungsi dari partai politik, yakni memberikan pendidikan politik yang sehat bagi masyarakat Indonesia.

Ilusi Demokrasi


Lengsernya kekuasaan Soeharto sekaligus bertiupnya angin reformasi, membuat sejumlah kalangan sangat anti terhadap otoritarianisme-birokratik. Olehnya itu, untuk mencegah berulangnya hal yang demikian, maka dibuatlah undang-undang yang mengatur tentang desentralisasi yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, hingga Undang-Undang 34/2004 tentang Pemerintahan daerah.


Ada beberapa point yang menjadi pijakan pelaksanaan pilkada dalam peraturan perundang-undangan yakni menumbuhkan kemampuan warga dalam mengartikulasikan kepentingannya, memajukan inisiatif warga melalui penyadaran politik dan tanggung jawab kemasyarakatan serta mendorong peningkatan sosial-ekonomi ditingkatan pedesaan yang selama ini hanya bertumpu pada perkotaan. di siang bolong.


Menurut Prof Sritua Arief dalam bukunya Ekonomi Kerakyatan Indonesia mengenang Bung Hatta mengatakan bahwa untuk menciptakan ekonomi yang lebih baik, maka perjuangan politik sangat diperlukan. Karena perjuangan politik akan melahirkan elit-elit kekuasaan yang berwatak "an effective developmental state".
Yakni (1) Elit kekuasaan yang bebas dari kepentingan pihak manapun kecuali kepentingan rakyat. (2) Bebas dari godaan untuk memperkaya diri sendiri dan keluarga dengan menggunkan kekuasaan yang dipegangnya; (3) Menganut suatu ideologi politik yang memihak rakyat banyak, pro kepada keadilan, anti penindasan, anti feodalisme, nepotisme dan despotism, menjunjung tinggi integritas, menghargai kerja nyata dan commited terhadap emansipasi kemanusiaan untuk orang banyak. (4) Dan tidak melaksanakan pemerintahan Negara sebagai suatu soft-state, yaitu suatu pemerintahan yang lemah dan tidak berani melaksanakan tindakan hokum terhadap segala bentuk penyimpangan yang menghambat proses transformasi sosial yang hakiki.

Ilusi demokrasi yang selama ini terus membayangi proses demokratisasi lokal mestilah "dihilangkan-kabutnya" sedikit demi sedikit sehingga tidak melahirkan warga masyarakat yang berwatak de-ideoligisasi, de-moralisasi dan de-politisasi. Adalah naif, jikalau negara yang kaya terkenal dengan penghasil timah kedua terbesar di dunia, eksportir batubara thermal ketiga di dunia, penghasil tembaga ketiga terbesar di dunia, penghasil nikel kelima terbesar di dunia, penghasil emas ketujuh terbesar di dunia. Akan tetapi, mempunyai sumber daya manusia (SDM) yang jauh dari mumpuni.

Oleh karena itu, sebelas kabupaten di Sulawesi Selatan yang akan menggelar pilkada, masing-masing; kabupaten Maros, Pangkep, Barru, Soppeng, Tana Toraja, Toraja Utara, Luwu Utara, Luwu Timur, Gowa, Bulukumba, dan Selayar. Sangat diharapkan dalam pilkada yang akan berlangsung tahun ini, akan melahirkan seorang pemimpin yang berwatakkan effective developmental state, bukan sebaliknya melahirkan pemimpin yang membeli suara rakyat dengan "politik uang". Sebagaimana pula tergambar dalam petunjuk kaidah Ushul Fiqh dikatakan; tasharruf al-imam 'ala al-raiyah manutun bi al-maslahah (tugas seorang pemimpin terhadap rakyatnya adalah memberikan kemaslahatan).***

*Mahasiswa Program Pascasarjana Pemikiran Islam UIN Alauddin Makassar

(sumber: www.tribun-timur.com)

baca selengkapnya......

Nur-Karim Sosialisasi Door to Door di Bantimurung

Pasangan bakal calon Bupati (Balon) Bupati dan Balon Wakil Bupati Maros Nurhasan dan Karim Saleh (Nur-Karim) melakukan sosialisasi door to door di tiap rumah yang ada di Kabupaten Maros, Kamis (4/3).

Kali ini, tempat yang disisir adalah beberapa titik yang ada di Kecamatan Bantimurung. Kampanye dengan sistem ini, kata Nurhasan, sangat optimal dibandingkan harus kampanye dengan mengumpulkan massa di tanah lapang.

Tiap harinya, Nurhasan yang juga Ketua Umum Partai Bintang Reformasi (PBR) Sulsel ini berupaya mengagendakan delapan titik untuk dijadikan sasaran kampaye.

"Semua sudah diatur tim pemenangan untuk kampanye di titik- titik mana saja dilakukan sosialisasi," terangnya.

Selain diusung PBR, Nurhasan juga diusung Partai Keadilan Sejahterah (PKS). PBR dan PKS sama-sama memiliki tiga kursi di DPRD Maros. Di Kabupaten Maros terdapat 14 kecamatan. Diantaranya, Kecamatan Turikale, Kecamatan Cenrana, Kecamatan, Camba, dan Kecamatan Maros Baru.


Nur-Karim memiliki visi dan misi membangun masyarakat Maros ke arah yang lebih baik dan sejahtera. Dengan tatanan pemerintahan yang bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme.(ink)


(sumber: www.tribun-timur.com)

baca selengkapnya......

Besok, Nurhasan Deklarasikan Pasangan di Pilkada Maros

Ketua Partai Bintang Reformasi (PBR) Sulsel Nurhasan yang akan maju di pemilihan kepala daerah (Pilkada) Maros 23 Juni mendatang, mengatakan, Rabu (24/2/2010), jika besok, sekitar pukul 11.00 Wita, ia akan mendeklarasikan pasangannya di Masjid Al Markas Al Islami.

"Besok saya akan deklarasikan pasangan saya dan setelah itu mendaftar di KPU Maros secara resmi," ungkap Nurhasan. Nurhasan diusung oleh PBR dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Maros. Sebelumnya Syahriwijaya dan Zaenal juga sudah mendaftar di KPU Maros.(*)

(sumber: www.tribun-timur.com)

baca selengkapnya......

Nurhasan Mendaftar di KPU Maros Besok

Setelah lama ditunggu-tunggu, akhirnya Ketua Partai Bintang Reformasi (PBR) Sulsel Nurhasan, akan mendaftar di Kantor KPU Maros, besok, Kamis (25/02/2010).

Pendaftaran resmi itu untuk memastikan kepada masyarakat jika ia siap maju di pemilihan kepala daerah (Pilkada) Maros 23 Juni mendatang.

Sebelum mendaftar di KPU Maros, ia akan mendeklarasikan diri dengan pasangannya di Masjid Al Markas Al Islami. Siapa pasangannya? Nurhasan masih merahasiakannya.
Rencananya, simpatisan dan pendukung Nurhasan akan mengantarnya mendaftar ke KPU. (*)

(sumber: www.tribun-timur.com)

baca selengkapnya......

PKS Maros Ingin Cawabup Nurhasan dari Birokrat

Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Turikale Partai Keadilan Sejahterah (PKS) Maros, Kartomas, Senin (22/2/2010), berharap agar pasangan Nurhasan di Pilkada Maros adalah seorang birokrat.

"Nurhasan sangat bagus jika dipasangkan dengan figur yang berlatar belakang birokrat karena hal ini merupakan perpaduan ideal," katanya.

baca selengkapnya......

Nurhasan Diusung PBR dan PKS Maros

Sementara itu, kandidat calon bupati (Cabup) lainnya, Nurhasan, mengklaim telah diusung oleh Partai Bintang Reformasi (PBR) dan Partai Keadilan Sejahterah (PKS) untuk maju di pemilihan kepala daerah (Pilkada) Maros 23 Juni nanti.

Tim Pemenangan Nurhasan, Wawan Mattaliu, mengungkapkan hal itu. "Nurhasan telah diusung dua partai. Yaitu PBR dan PKS," katanya.


Nurhasan saat ini tercatat sebagai Ketua Umum PBR Sulsel. Mantan aktivis HMI ini sempat menjadi calon anggota DPR RI. Hanya saja, ia tidak lolos ke senayan.

(sumber: www.tribun-timur.com)

baca selengkapnya......

Nurhasan Jalan Kaki ke KPU Maros

Calon Bupati (Cabup) Maros, Nurhasan, berjalan kaki mendaftar secara resmi di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Maros hari ini, Kamis (25/2/2010).
Ia berjalan kaki bersama pasangannya, Karim Saleh, dan sejumlah tim suksesnya dari Warung Kopi Dg Te'ne.

Sepanjang jalan, pasangan ini menarik simpati dari masyarakat yang ada di sekitar. Pendaftaran resmi itu untuk memastikan kepada masyarakat jika ia siap maju di pemilihan kepala daerah (Pilkada) Maros 23 Juni 2010 mendatang.(*)

(sumber: www.tribun-timur.com)

baca selengkapnya......

Nurhasan di JSI, PT LSI Hatta Rahman Teratas

Dua lembaga survei nasional mempublikasi hasil survei tingkat popularitas bakal calon Bupati Maros yang akan bersaing pada Pilkada 2010 mendatang. Lembaga survei ini masing-masing Jaringan Suara Indonesia (JSI) dan PT Lingkaran Survei Indonesia (PT LSI).

Wakil Direktur Eksekutif JSI Fajar S Tamin didampingi Manajer Divisi Pemenangan JSI Irfan Jaya dalam konferensi persnya di Hotel Quality, Makassar, Selasa (3/11), mengungkapkan empat calon akan bersaing ketat di Pilkada Maros.

Jika pilkada digelar hari ini, maka empat figur bersaing ketat yakni, Ketua Partai Bintang Reformasi (PBR) Sulsel Nurhasan, Ketua Partai Amanat Nasional (PAN) Maros Hatta Rahman, akademisi Prof Asdar, dan Wakil Bupati Maros Andi Paharuddin.

Survei JS digelar pada 21-25 Oktober 2009 itu melibatkan 440 responden dengan sistem multi stage random sampling. Sedang tingkat kesalahan (margin error) sekitar 4,8 persen.
Untuk survei awal ini, kata Fajar, dari empat kandidat tersebut belum ada yang mencapai tingkat kesukaaan melebihi 10 persen. Sedang tingkat popularitas (pengenalan) juga belum ada yang mencapai 50 persen dari sekitar 210 ribu jiwa.

Namun, dari keempat tersebut, Nurhasan memiliki tingkat kesukaan paling tinggi ketimbang tiga kandidat lainnya.

PT LSI
Sementara Koordinator Area Sulawesi PT LSI, Muhammad Basri mengungkapkan, Ketua PAN Maros Hatta Rahman lebih populer dibanding bakal calon yang disebut-sebut akan bertarung di Butta Salewangang. Hatta meraih tingkat popularitas 12,3 persen mengalahkan kandidat lainnya. Peringkat popularitas kedua di PT LSI ada guru besar Universitas Hasanuddin (Unhas) Prof Muh Asdar dengan persentase 9,1 persen (lihat Hasil Survei Popularitas).

Urutan ketiga dengan tingkat popularitas 5,4 persen adalah mantan Kadis Pertambangan Maros Irwansyah Kasim. Disusul Ketua PBR Sulsel Nurhasan dengan popularitas 4,9 persen dan mantan Kabag Pemerintahan Marso Baharuddin dengan 2,7 persen.
Sekretaris PAN Maros Chaidir Syam mengaku, survei PT LSI itu menunjukkan pamor Hatta Rahman cukup besar di masyarakat. "Ini menunjukkan jika Hatta Rahman memang pantas untuk didukung dan memimpin Maros ke depan," katanya.(ink/opi)

Memiliki Peluang Sama
DARI hasil survei tersebut, semua kandidat di Pilkada Maros masih memiliki peluang sama besar. Wakil Direktur Eksekutif JSI Fajar S Tamin menekankan, semua kandidat masih memiliki peluang sama ke depan karena masih 70 persen wajib pilih di Maros belum menentukan pilihannya.

Sedang yang 30 persennya terbagi kepada empat kandidat itu. Ada yang fenomenal pada figur mantan Sekkab Maros dan Sidrap Syahriwijaya. Jika disurvei sendiri nama Syahriwijaya tidak masuk empat besar, namun jika disurvei dengan pasangannya, Syahriwijaya-Andi Burhanuddin maka duet ini menembus empat besar.(opi)

(sumber: www.tribun-timur.com)

baca selengkapnya......

Bidang Apakah yang Paling Mendesak Untuk Segera Dibenahi Oleh Pemimpin Terpilih Kab. Maros 2010 ?

Catatan Cinta Untuk Maros..............